Loading...
Baris-baris
Surat Alkafirun masih sempat terdengar dari lisan Imam Ghozi Faisal
Ma'syum. Siswa kelas 5 SD Juara Semarang itu seperti tak merasakan
sengatan matahari. Dengan khusyuk ia menjadi imam salat duha di
sekolahnya.

Sementara itu sekitar 120-an siswa lain, mulai kelas satu hingga kelas enam, seakan larut dalam bacaan salat sang Imam. Hebatnya, salat duha digelar di lapangan terbuka yang panas.
Sekolah Juara adalah sekolah gratis swasta yang diperuntukkan bagi warga miskin di Semarang, Jawa Tengah. Biasanya mereka menggelar salat duha di musala sebagai pembuka kegiatan belajar.
Namun mulai tahun ajaran 2016/2017 ini sekolah itu tak lagi memiliki musala sehingga harus menggelar salat duha di lapangan. Gedung sekolah yang berada di Jalan Pucung, Kelurahan Plamongansari, Kecamatan Pedurungan ini masih berstatus kontrak.
Kepala Sekolah SD Juara, Zainal Abidin menjelaskan, bahwa sejak berada di tempat kontrak yang lama, para siswa memang sudah dibiasakan salat duha sebagai pembuka kegiatan. Sesudah salat duha dilanjutkan dengan setoran bacaan Alquran.
"Sudah biasa. Di rumah juga biasa sumuk (gerah)," ujar Imam Ghozy.
Imam Ghozy kemudian membandingkan gedung barunya dengan gedung lamanya. Meski sama-sama berstatus kontrak, namun gedung lama memiliki musala besar, mampu menampung 150-an jemaah anak-anak.
"Di sana kami nggak repot menggelar terpal dan sajadah. Kan ada musala," tutur Imam Ghozy.
Salah satu karakter yang ditanamkan adalah kemandirian. Mengingat para siswanya dari kaum miskin. Pembelajaran kemandirian itu dibuktikan dengan tak pernah mengedarkan proposal meminta sumbangan. Proposal dibuat jika ada donatur yang hendak memberi sumbangan dan meminta dibuatkan proposal.

Sementara itu sekitar 120-an siswa lain, mulai kelas satu hingga kelas enam, seakan larut dalam bacaan salat sang Imam. Hebatnya, salat duha digelar di lapangan terbuka yang panas.
Sekolah Juara adalah sekolah gratis swasta yang diperuntukkan bagi warga miskin di Semarang, Jawa Tengah. Biasanya mereka menggelar salat duha di musala sebagai pembuka kegiatan belajar.
Namun mulai tahun ajaran 2016/2017 ini sekolah itu tak lagi memiliki musala sehingga harus menggelar salat duha di lapangan. Gedung sekolah yang berada di Jalan Pucung, Kelurahan Plamongansari, Kecamatan Pedurungan ini masih berstatus kontrak.
Kepala Sekolah SD Juara, Zainal Abidin menjelaskan, bahwa sejak berada di tempat kontrak yang lama, para siswa memang sudah dibiasakan salat duha sebagai pembuka kegiatan. Sesudah salat duha dilanjutkan dengan setoran bacaan Alquran.

"Sudah biasa. Di rumah juga biasa sumuk (gerah)," ujar Imam Ghozy.
Imam Ghozy kemudian membandingkan gedung barunya dengan gedung lamanya. Meski sama-sama berstatus kontrak, namun gedung lama memiliki musala besar, mampu menampung 150-an jemaah anak-anak.
"Di sana kami nggak repot menggelar terpal dan sajadah. Kan ada musala," tutur Imam Ghozy.
Salah satu karakter yang ditanamkan adalah kemandirian. Mengingat para siswanya dari kaum miskin. Pembelajaran kemandirian itu dibuktikan dengan tak pernah mengedarkan proposal meminta sumbangan. Proposal dibuat jika ada donatur yang hendak memberi sumbangan dan meminta dibuatkan proposal.
0 komentar:
Posting Komentar